Rahim Pengganti

Bab 90 "Ciuman Panas"



Bab 90 "Ciuman Panas"

0Bab 90     
0

Ciuman Panas     

Selama di perjalanan tidak banyak hal yang keduanya bahas, hanya beberapa kali Luna melempar pertanyaan dan Elang menjawabnya. Hingga mobil yang dikendarai oleh Elang sampai di sebuah apartemen mewah.     

"Thanks ya, kamu mau mampir?" tawar Luna.     

"Gak usah udah malam. Kamu buruan masuk, nanti masuk angin," ujar Elang.     

Luna tersenyum, wanita itu segera membuka pintu. Namun, sebelum Luna keluar, wanita itu menarik leher Elang hingga membuat bibir keduanya bertemu. Luna melumat bibir itu dengan begitu mesra, Elang kaget mendapatkan perlakukan seperti ini namun, akhirnya Elang juga menikmati ciuman yang mereka lakukan.     

Elang yang tadi hanya diam, kali ini mendominasi ciuman keduanya bahkan saat ini Luna sudah ada di dalam pangkuan Elang, kedua lidah mereka saling membelit, saling bertukar saliva bibir Elang turun menjelajahi leher jenjang milik Luna. Desahan keluar dari mulut Luna, hal itu semakin membuat keduanya menggila.     

Hingga keduanya saling melepaskan satu dengan lainnya, karena sudah kehabisan oksigen. Elang dan Luna saling tersenyum, mereka seolah mengingat masa lalu.     

"Masih tetap sama," ujar Luna.     

"Jelas. Kamu makin nakal," balas Elang.     

Elang yang akan pulang pun, akhirnya mengantar Luna masuk ke dalam apartemen wanita itu, dulu saat mereka SMA keduanya sempat menjalin sebuah hubungan.     

Hingga akhirnya kedua orang tua Luna harus pindah karena Mamanya Luna harus di rawat di rumah sakit Singapura. Sejak saat itu hubungan kedua nya menjauh, tapi perasaan di dalam hati masing masing masih sangat besar.     

Elang selalu berganti pasangan, karena ingin melupakan Luna melakukan One Night Stand dengan berbeda wanita berbeda, hingga Elang seolah lupa akan Siska. Gadis manis yang direnggut kesuciannya.     

***     

"Katanya gak mau mampir?" ledek Luna.     

Elang hanya tersenyum, pria itu segera masuk ke dalam apartemen mewah milik Luna. Tempatnya sangat indah dan bagus, saat pertama kali masuk aroma Jasmine tercium dengan jelas.     

"Kamu duduk aja dulu, aku mau bersih bersih sebentar," ucap Luna. Elang hanya menganggukkan kepalanya, pria itu lalu duduk di sofa ruang tamu. Di sana banyak foto foto yang tersusun dengan sangat rapi.     

Elang berjalan menuju, sudut ruangan ada sebuah album foto yang sangat rapi, saat di buka ternyata itu adalah foto foto mereka di masa lalu. Senyum simpul terbit di bibir Elang. Pria itu mencoba membuka foto demi foto yang ada di sana.     

"Dari dulu kamu emang gak berubah," ujarnya seorang diri.     

Elang fokus dengan album tersebut, tanpa saja jika sejak tadi Luna sudah berada di belakangnya.     

"Kamu lagi apa?" tanya Luna. Elang menoleh ke arah belakang, lalu mengangkat album foto tersebut, Luna pun berjalan menuju Elang.     

"Aku memang dari dulu selalu terlihat ganteng," ucap Elang. Mendengar hal itu, membuat Luna memutar matanya malas. Elang selalu saja pede dalam segala hal.     

"Iyain aja deh. Dari pada garing," jawab Luna.     

"Apaan sih," ucap Elang sambil mencubit hidung Luna dengan gemasnya.     

"Kamu mau teh melati?" tawar Luna. Elang langsung menjawab, dengan anggukan kepalanya. Luna pun langsung beranjak pergi ke dapur. Teh melati, adalah minuman yang sangat di sukai oleh Elang, dan sejak dulu Luna selalu menyiapkan teh tersebut, padahal dirinya tidak suka. Tapi apapun yang disukai oleh Elang akan selalu dia lakukan.     

***     

Keduanya saat ini, sedang duduk bersama sambil menonton sebuah film. Luna menyandarkan badannya ke arah Elang, sedangkan Elang memeluk wanita itu.     

Elang sejak tadi tidak peduli dengan handphone yang tertinggal di mobil, sudah ratusan panggilan tak terjawab dari Siska. Wanita itu ingin memberikan kabar mengenai kehamilannya, tapi Elang tak kunjung menjawab telepon darinya.     

"Kamu di mana sih Mas. Apa mungkin Mas Elang sibuk ya, ya udah deh nanti aja. Aku yakin Mas Elang bakalan bahagia saat tahu kabar ini," ujar Siska.     

Wanita itu lalu menyimpan hasil testpack nya di dalam sebuah kotak yang akan dirinya berikan kepada Elang nantinya.     

"Sehat sehat kesayangan Mommy," ujar Siska sembari mengusap perut ratanya.     

Berbeda di apartemen milik Luna kedua manusia itu sedang menikmati film yang mereka tonton. Hingga terjadi satu adegan dewasa di dalam film tersebut, Elang dan Luna saling menatap satu dengan lainnya senyum di bibir keduanya terbit.     

Elang meraih wajah Luna menempelkan dahi mereka berdua lalu mengecup seluruh wajah milik Luna. Dari dahi, menuju kedua mata Luna hidung dan kedua pipinya hingga berakhir pada bibir manis milik Luna.     

Kedua saling menautkan kedua bibirnya, ciuman itu semakin panas dengan keadaan Elang ada di atas Luna. Keduanya saling menikmati ciuman tersebut, hingga Elang melepaskannya karena Luna sudah memukul dadanya karena kehabisan nafas.     

"Sorry," ucap Elang.     

"No problem. Kamu gak mau pulang ini sudah malam?" tanya Luna. Posisi keduanya masih sangat dekat, membuat mereka bisa saling merasakan deburan ombak nafas masing masing.     

"Kamu ngusir aku!!"     

"Eh bukan itu maksud aku. Aku cuma nggak mau kamu pulang larut malam," jelas Luna.     

Elang hanya tersenyum, laki laki itu lalu mendaratkan sebuah kecupan ke dahi Luna setelah itu baru pamit untuk pulang.     

***     

Saat masuk ke dalam mobil, Elang mengambil handphone nya mata pria itu melotot tajam ketika melihat banyak sekali panggilan tak terjawab dari Siska.     

Perasaan Elang jadi tidak menentu, pria itu menjadi merasakan perasaan yang bersalah saat mengingat hal apa yang dirinya lakukan kepada Luna dan Siska.     

"Shut!!" umpatnya.     

Dengan kecepatan tinggi Elang melajukan mobilnya keluar dari apartemen milik Luna, sepanjang jalan yang ada di dalam benak Elang adalah bagaimana perasaan dirinya saat ini. Elang nyaman berada di dekat Siska, tapi saat bersama Luna juga sama.     

"Gue bisa gila kalau gini," ujar Elang. Pria itu menjambak rambutnya kesal, untunglah lampu sedang menyala merah, Elang mencoba mengambil handphone nya mencari nomor Siska menghubungi wanita itu.     

Namun, panggilannya tidak aktif. Hal tersebut semakin membuat perasaan bersalah kepada Siska.     

"Ayo dong Sayang jawab," ucapnya kesal. Lampu pun menjadi hijau, dengan segera Elang kembali melajukan mobilnya. Panggilan demi panggilan yang dilakukan oleh Elang tidak tersambung.     

Sampai di apartemen milikinya Elang, langsung masuk ke dalam kamarnya. Hari ini sungguh sangat melelahkan, besok saja dirinya menjelaskan semuanya yang terjadi hari ini kepada Siska. Sepertinya juga wanitanya itu sudah tertidur, Elang merebahkan tubuhnya lebih dulu setelah cukup barulah dirinya masuk ke dalam kamar mandi.     

Di dalam sana, tidak membutuhkan banyak waktu, Elang segera naik ke atas tempat tidur, memejamkan matanya. Berharap hari ini segera berlalu.     

###     

Hulla. Terima kasih sudah tetap setia. Selamat membaca dan terima kasih. Oh ya kira kira kalau aku adain Giveaway buat kalian bulan depan, ada yang mau ikutan?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.